My Best Friend

CERITA REMAJA
“MY BEST FRIEND”

DITULIS OLEH: WAHYU














“Huaaaa…!” tangis Lisa meledak. “Kamu jangan pergi dong. Kalau kamu pergi, siapa yang nanti bakalan nina boboin Lisa. Terus nanti kalau Lisa lagi bete dan punya masalah, siapa yang bakalan Lisa ajak curhat? Lisa bakalan kesepian. Hik hik hik hik.” Lisa terisak isak. Air mata membanjiri pipinya. Hidungnya memerah.
“Dasar manja, cengeng! Dah dong nangisnya. Ini kan di Airport. Malu dilihat banyak orang.” Roni menoleh kanan kiri. Roni memang benar benar malu, pasalnya orang orang Airport melihat Lisa yang lagi merengek merengek kayak anak kecil. “Kamu ngga bakalan kesepian kok. Kan masih ada Maya. Iya kan May?” tanya Roni pada Maya yang lagi berdiri di samping Pak Eman, sopir pribadi Lisa.
“He eh.” Maya menganggukan kepala. “Udahlah Lis, ngga usah sedih. Jarak Solo-Jakarta kan dekat. Masih satu pulau jawa dengan Solo kok. Naik pesawat terbang 1 jam juga nyampai.” ucap Maya menenangkan hati Lisa.
“Ngomong gampang. Coba kamu jadi aku.” kata Lisa masih keras kepala.
“Iya, say. Aku ngga bakalan ke Afrika kok. Lagian, kita kan bisa teleponan lewat HP. Atau kalau kamu mau, kita kan bisa emailan.” Roni memegang pundak Lisa.
Lisa berdiri mematung, kepalanya tertunduk, matanya hanya bisa menatap sepatu ket putihnya. “Sebenarnya bukan karena itu, Ron. Gue cuma takut kalau nanti kamu…” Lisa ngga mampu menuntaskan kalimatnya. Semoga apa yang ia takutkan ngga bakalan terjadi.
“Aku kan udah dewasa, bisa jaga diri. Kamu ngga usah khawatir deh.” kata Roni.
“Bukan itu, Ron.”
“Terus apa yang kamu takutkan, say?” tanya Roni penasaran.
“Aku takut kamu selingkuh.” jawab Lisa akhirnya dengan ekspresi muka sedih.
“Hahahahaha, ngga bisa lucuan dikit apa?”
“Loh, kok malah ketawa? Jahat!” ucap Lisa sebal.
“Ya iyalah aku ketawa. Aku ke Jakarta kan mau kerja, say. Mana ada waktu buat selingkuh. Lagian, kamu possessive banget sih? kamu cinta mati sama aku ya? Roni senyam senyum, menyelidik.
“Ih, jadi orang ke ge er an banget sih.” ucap Lisa sambil melipat ke dua tangan di depan dada. Bibirnya manyun.
“Jadi, kamu ngga cinta ama aku lagi? Dah bosen ya? Ya udah, kalau gitu aku cari cewek baru di Jakarta aja. Siapa tahu ada artis yang kecantol sama aku nanti.” kata Roni menakuti.
“Jangan dong, jangan dong…” Lisa mengguncang guncang pundak Roni, kakinya dihentak hentakkan.
Roni memang cakep. Kulitnnya putih, tinggi badanya kira kira 173 cm. Banyak cewek naksir dia. Jadi wajar aja Lisa paranoid.
“Berarti, kamu masih cinta aku?” tanya Roni, lemas.
“Aku cinta kamu, Ron. Kamu janji ngga bakalan nyari cewek baru di Jakarta kan?”
“Ngga.”
“Baguslah.” Lisa menghelan napas lega, tersenyum lebar bak ember.
“Kalau nyari cewek di Solo boleh ngga?”
“Iiih, apaan sih? Jayus tahu. Ngga boleh. Pokoknya kamu tuh cuma milik aku seorang. Titik!” Lisa membanting harga mati.
“Dah jam lima nih, aku naik pesawat dulu ya. Entar malah ketinggalan lagi.” kata Roni ngga semangat.
Lisa ngga sanggup membendung air matanya lagi. Kali ini air mata mengucur lebih deras dari sebelumnya.”Huaaaaaa!” Lisa memeluk tubuh Roni yang besar.
“Tuh kan nangis lagi. Dasar cengeng! Dah dong, malu gue nih.” Roni mendorong tubuh Lisa, lalu jari jarinya menghapus air mata Lisa.
“Hik hik hik. Roni sering sering telepon Lisa ya.” pinta Lisa.
“Loh, kok aku?”
“Ya iyalah. Secara kamu kan dah dapet kerja. Lha aku kan masih sekolah. Masih minta uang jajan sama Bunda. Kamu tahu sendiri kan, beli pulsa aja aku mesti rela relain nahan ngga jajan.” jelas Lisa.

0 Responses